PSIKOTERAPI: Perbedaan Psikoterapi dan Konseling

A.      Definisi Psikoterapi dan Konseling

💦 Definisi Psikoterapi
Menurut Corsini (1989), psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yyang tidak menyenangkan  (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal-usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.
Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam kehidupan anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru atau akan mengalami perceraian (hariyanto, 2010).
Menurut Ivey & Simek-Downing (1980), psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian.


💦Definisi Konseling
Menurut APGA (American Personel Guidance Association) dalam Prayitno (1987 : 25), konseling adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan untuk mengatasi kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau masalah pengambilan keputusan.
Menurut Jones (1951), konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
Menurut Schertzer dan Stone (1980), konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105), konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Menurut A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974), konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
Menurut Galdding, konseling berlangsung dalam jangka waktu yang relative singkat,bersifat antar pribadi, sesuai dengan teori-teori yang ada, dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya serta sesuai dengan etika dan aturan-aturan yang ada yang berpusat pada pemberian bantuan kepada orang-orang yang pada dasarnya mengalami gangguan psikologis agar orang-orang yang menyimpang dan mengalami masalah situsional dapat kembali normal.

B.       Perbedaan Psikoterapi dan Konseling

Menurut Mappiare (dalam Hartosujono, 2004) ada sejumlah perbedaan psikoterapi dan konseling dikemukakan sebagai berikut:
1.      Konseling merupakan bagian dari psikoterapi. Psikoterapi merupakan bagian yang lebih luas dari pada konseling.
2.      Konseling lebih mengarah pada penyebab atau awal masalah. Selanjutnya konseling lebih mengarah pada pengembangan-pendidikan-pencegahan. Berbeda dengan psikoterapi yang mengarah penyembuhan-penyesuaian-penyembuhan.
3.      Dasar konseling adalah filsafat manusia. Dasar dari psikoterapi adalah perbedaan individual dengan dasar-dasar psikologi kepribadian dan psikopatologi. Pada perkembangan selanjutnya konseling juga memanfaatkan perkembangan teori-teori kepribadian dalam konteks ilmu perilaku.
4.      Dijelaskan oleh Narayana Rao (dalam Hartosujono, 2004) bahwa tujuan antara konseling dan psikoterapi sama, namun keduanya berbeda dalam proses pencapaiannya. Psikoterapi mencapainya dengan cara ‘pembedahan’ psikis dan pembedahan otak. Proses konseling lebih mengarah pada identifikasi dan kekuatan-kekuatan positif yang dimiliki klien, agar klien lebih maksimal dalam kehidupannya.
Adapun perbedaan konseling dan psikoterapi didefinisikan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut:
KONSELING
PSIKOTERAPI
1.      Klien          
1.      Pasien
2.      Gangguan yang kurang serius    
2.      Gangguan yang serius
3.      Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb
3.      Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4.      Berhubungan dengan pencegahan
4.      Berhubungan dengan penyembuhan
5.      Lingkungan pendidikan dan non medis         
5.      Lingkungan medis
6.      Berhubungan dengan kesadaran
6.      Berhubungan dengan ketidaksadaran
7.      Metode pendidikan
7.      Metode penyembuhan

Patterson secara tegas mengatakan membedakan konseling dan psikoterapi tidaklah esensial. Baik dilihat dari hubungan, tujuan, metode dan tipe klien tidak ada perbedaan yg prinsip antara konseling dan psikoterapi. (1981)
Persamaannya menurut Nelson-Jones(1982)
→dilakukan berdasarkan pada aplikasi dan prinsip psikologi
→menggunakan berbagai model teoritik dan menekankan pada kebutuhan untuk menilai klien sebagai pribadi mendengarkan secara empatik,meningkatkan kapasitas untuk membantu diri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya.

C.       Tujuan Psikoterapi dan Konseling
Tujuan konseling menurut Krumboltz yaitu :
1.    Mengubah perilaku yang salah penyesuaian
Para ahli konseling dan psikoterapi berpandangan bahwa tujuan konseling adalah mengubah tingkah laku klien yang salah penyesuaian menjadi perilaku yang tepat penyesuaiannya. Seseorang yang salah penyesuaian perlu mendapatkan konseling, jika tidak dibantu maka dapat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya.
Terkadang ada klien yang tidak dapat memahami diri dan perilakunya sendiri, jika klien memang ingin penyesuaian yang baik maka klien harus menyadari dan memiliki kemauan untuk berubah, agar proses konseling dapat berjalan lancar.
2.    Belajar membuat keputusan
Dalam proses konseling juga harus belajar dalam membuat keputusan. Memang tidak gampang dalam mengambil keputusan, tetapi klien harus belajar dan berani dalam hal itu. Karena yang lebih tahu dan paham tentang masalah tersebut adalah klien itu sendiri.
Setiap keputusan yang diambil pasti memiliki konsekuensi positif dan negatif, menguntungkan dan merugikan, yang menunjang maupun yang menghambat. Maka dari itu, dorongan dari konselor juga diperlukan tetapi dengan risiko yang sudah dipertimbangkan sebelumnya sebagai konsekuensi alamiah.
3.    Mencegah munculnya masalah
Mencegah munculnya masalah mengandung tiga pengertian, yaitu mencegah jangan sampai mengalami masalah di kemudian hari, mencegah jangan sampai masalah yang dialami bertambah berat atau berkepanjangan, mencegah jangan sampai masalah yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap (Notosoedirdjo dan Latipun,1999)
Ketiga tujuan tersebut bersifat kontinum. Maksudnya bahwa konseling tersebut dapat dicapai secara bertahap, dan pada akhirnya hendak mencapai tujuan akhirnya. Karena tujuan akhir tidak akan tercapai jika tidak melalui tujuan yang sebelumnya.

Konseling dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk membantu/memberikan layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis. Dengan kata lain Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behavioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problem solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making). Dengan demikian seorang konselor perlu didukung oleh pribadi dan keterampilan yang dapat menunjang keefektifan konseling.
Pada dasarnya antara konseling dan psikoterapi dalam hal tujuan sama-sama ingin membantu agar klien dapat menemukan permasalahan untuk kemudian dapat dipecahkan bersama-sama, namun semua itu hanya dapat terlaksana dengan baik manakala klien dapat membuka diri dan mau diajak kerjasama.
Dan adapun perbedaannya lebih kepada pendekatan dan cara penanganannya, dimana konselor sebagai mitra yang dapat memberikan masukkan dan membantu untuk memunculkan suatu permasalahan yang dirasakan klien baik masalah yang disadari maupun yang tidak disadari, sedangkan psikoterapis selain menggunakan tehnik konseling ia juga menggunakan therapy yang sifatnya lebih kepada perubahan pada prilaku yang sangat substanstib.

Referensi :
Markam, dkk. 2003. Pengantar psikologi klinis. Jakarta: Universitas Indonesia
Prayitno, A. E. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Patterson, C. H. 1996. Counseling of Children. Chicago: Year Book Medical Publishers, Inc
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Reflika Aditama
Stone, Geral. L., (1985). Counseling Psychology : Perpsective and Function,
           Monterey. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Andi M. A. T. 2006. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Share:

1 komentar

  1. Artikel tentang psikoterapi dan konseling yang bagus. Selama ini orang sering menyamakannya.
    Kunjungi juga artikel terkait Perkembangan Psikologi Normal Bayi

    BalasHapus

Groovy Pointer 4